Sejarah Pohon Natal
Pohon Natal sebagai symbol perayaan natal telah dimulai ratusan tahun yang lalu. Kisah asal mula pohon natal sebagai symbol natal tak lepas dari kisah seorang suci bernama St. Bonifasius, yang nama aslinya adalah Winfrid. St. Bonifasius lahir sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris.
Suatu ketika, St. Bonifasius ditugaskan oleh Paus St. Gregorius II untuk mewartakan injil ke Jerman. Bersama beberapa pengikutnya, St. Bonifasius pun berangkat ke Jerman. Sang Santo ditugaskan untuk menyebarkan injil kepada orang-orang Jerman yang memuja Dewa Thor. Menurut kepercayaan orang-orang itu, Dewa Thor bersemayam di pohon oak besar ditengah Desa mereka.
Dalam sebuah perjalanan berat dan panjang, pengikut St. Bonifasius hampir menyerah. Selain salju yang turun begitu hebatnya, malam itu adalah Malam Natal. Tapi St. Bonifasius memberikan semangat kepada pengikutnya untuk tidak menyerah apalagi misi mereka sebentar lagi selesai.
Akhirnya sampailah mereka ke sebuah Desa dimaksud. Saat itu penduduk Desa sedang melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Thor di depan sebuah oak besar. Malam itu juga akan ada penyerahan kurban manusia.
St. Bonifasius memperhatikan saja prosesi tersebut. Kemudian Sang Kepala Suku memilih satu anak kecil untuk dijadikan tumbal atau kurban. Anak tersebut digiring ke sebuah batu besar di depan pohon oak. Dengan palu besar, Sang Kepala Suku bersiap memukul kepala anak tak berdosa tersebut sebagai penyembahan kepada Dewa Thor.
Sebelum palu itu benar-benar mengenai kepala si anak, St. Bonifasius segera bertindak, ia mengayunkan tongkat yang berujung tanda salib menangkis ayunan palu Sang Kepala Suku. Palu tersebut jatuh dan patah menjadi dua. Seluruh penduduk takjub dengan kejadian tersebut.
St. Bonifasius kemudian memberikan pencerahan kepada seluruh penduduk Desa. Setelah itu ia menebang pohon oak besar tersebut. Saat pohon oak besar itu tumbang dan terbelah menjadi empat bagian, dibalik pohon itu terdapat sebuah pohon cemara muda dengan ujungnya yang seakan menjorok ke atas.
St. Bonifasius kembali berbicara kepada warga Desa, “ Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon Kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaiman daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan Pohon Kanak-Kanak Yesus; Berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan di dalam rumah kalian sendiri; Di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih”.
Sejak itulah pohon cemara identik dan disymbolkan sebagai Pohon Natal.
Suatu ketika, St. Bonifasius ditugaskan oleh Paus St. Gregorius II untuk mewartakan injil ke Jerman. Bersama beberapa pengikutnya, St. Bonifasius pun berangkat ke Jerman. Sang Santo ditugaskan untuk menyebarkan injil kepada orang-orang Jerman yang memuja Dewa Thor. Menurut kepercayaan orang-orang itu, Dewa Thor bersemayam di pohon oak besar ditengah Desa mereka.
Dalam sebuah perjalanan berat dan panjang, pengikut St. Bonifasius hampir menyerah. Selain salju yang turun begitu hebatnya, malam itu adalah Malam Natal. Tapi St. Bonifasius memberikan semangat kepada pengikutnya untuk tidak menyerah apalagi misi mereka sebentar lagi selesai.
Akhirnya sampailah mereka ke sebuah Desa dimaksud. Saat itu penduduk Desa sedang melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Thor di depan sebuah oak besar. Malam itu juga akan ada penyerahan kurban manusia.
St. Bonifasius memperhatikan saja prosesi tersebut. Kemudian Sang Kepala Suku memilih satu anak kecil untuk dijadikan tumbal atau kurban. Anak tersebut digiring ke sebuah batu besar di depan pohon oak. Dengan palu besar, Sang Kepala Suku bersiap memukul kepala anak tak berdosa tersebut sebagai penyembahan kepada Dewa Thor.
Sebelum palu itu benar-benar mengenai kepala si anak, St. Bonifasius segera bertindak, ia mengayunkan tongkat yang berujung tanda salib menangkis ayunan palu Sang Kepala Suku. Palu tersebut jatuh dan patah menjadi dua. Seluruh penduduk takjub dengan kejadian tersebut.
St. Bonifasius kemudian memberikan pencerahan kepada seluruh penduduk Desa. Setelah itu ia menebang pohon oak besar tersebut. Saat pohon oak besar itu tumbang dan terbelah menjadi empat bagian, dibalik pohon itu terdapat sebuah pohon cemara muda dengan ujungnya yang seakan menjorok ke atas.
St. Bonifasius kembali berbicara kepada warga Desa, “ Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon Kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaiman daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan Pohon Kanak-Kanak Yesus; Berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan di dalam rumah kalian sendiri; Di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih”.
Sejak itulah pohon cemara identik dan disymbolkan sebagai Pohon Natal.
diambil dari berbagai sumber
0 Response to "Sejarah Pohon Natal"
Post a Comment
Komentari dengan meninggalkan LINK akan dihapus!