Karya Ilmiah Seputar Pendidikan Sekolah Dasar
KARYA ILMIAH
SEPUTAR PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
Disusun oleh :
…………………………
…………………………………………………….
………………………………………………………………
Selengkapnya download versi ms word disini
Berbagi Ilmu Berbagi Pengetahuan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendekatan pembelajaran
yang merupakan tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan belum dilaksanakan
secara maksimal. Guru masih sering melaksanakan kegiatan pembelajaran
Matematika secara murni mata pelajaran dan terpisah dari mata pelajaran lain.
Kegiatan pembelajaran mata pelajaran Matematika hanya mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan Matematika tanpa
mengaitkannya dengan mata pelajaran lain. Pembelajaran seperti ini
mengakibatkan siswa terjebak dalam rutinitas yang membosankan sehingga
pembelajaran menjadi kurang menarik dan motivasi belajar siswa pun rendah.
Siswa juga belum terlibat secara aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari,
karena pembelajaran lebih banyak terpusat pada guru. Selain itu, pembelajaran
yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah kurang mengembangkan siswa untuk
berfikir holistik karena siswa kurang mengetahui keterkaitan konsep dari
beberapa mata pelajaran, sehingga pengalaman yang diperoleh sebagai hasil
belajar menjadi kurang bermakna. Pada akhirnya berimplikasi pada rendahnya
prestasi belajar siswa.
Berkaitan dengan upaya
peningkatan mutu pendidikan dan seiring bergulirnya kurikulum tingkat satuan
pendidikan, pembelajaran yang dikemas dan dirancang guru harus mengoptimalkan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah digariskan. Untuk
mencapai hal tersebut maka guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis siswa SD kelas I. Pada periode
ini, siswa masih memandang dunia sebagai sesuatu yang terpadu dan konkrit,
sehingga pendekatan pembelajaran yang digunakan di kelas ini harus bersifat
tematis dan integratif. Dengan pembelajaran secara tematis dan integratif
diharapkan dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa,
serta dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Dan
pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya
prestasi belajar Matematika.
Pendekatan pembelajaran
yang dilaksanakan pada awal semester genap terdapat kesenjangan jika
dibandingkan dengan tuntutan pembelajaran ideal sesuai dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang menekankan penguasaan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Kesenjangan tersebut antara lain: pembelajaran yang telah dilaksanakan
selama ini belum mampu membangkitkan motivasi belajar yang tinggi, belum
menunjukkan keterlibatan siswa secara aktif dalam menemukan konsep yang
dipelajari, serta kurang dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan utuh
kepada siswa.
Berdasarkan uraian di
atas, maka mendorong penulis
untuk mengeliminir kesenjangan-kesenjangan yang menjadi permasalahan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran tematik pada pembelajaran Matematika. Oleh
karena itu pada karya tulis ilmiah ini menulis
mengenai “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Tematik pada Siswa Kelas I SD”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang masalah di atas, maka secara spesifik masalahnya dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Apakah melalui pembelajaran tematik dapat meningkatkan
prestasi belajar Matematika siswa kelas I SD”
C. Tujuan Penelitian
Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika.
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa
pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas
I SD.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat
Teoretis
Mendapatkan teori baru
tentang peningkatan prestasi belajar Matematika melalui pembelajaran tematik
pada siswa kelas I sekaligus sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi Guru
Memberikan masukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika kelas I SD dengan model
pembelajaran tematik.
b.
Bagi Instansi Terkait
Merupakan masukan dalam
mengambil kebijakan yang dapat menunjang peningkatan mutu dan efektivitas
pembelajaran Matematika di sekolah.
Berbagi Ilmu Berbagi Pengetahuan
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Hakikat Prestasi Belajar
Matematika
a.
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut
Sutratinah Tirtonegoro (1988: 43) adalah “Penilaian hasil usaha kegiatan
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu”.
Sedangkan menurut Winkel
(1991: 60) yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “Bukti keberhasilan
usaha yang dapat dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau
mempelajari sesuatu”.
Senada dengan pendapat
kedua ahli tersebut, Anton Sukarno (1994:16) menyatakan bahwa “Prestasi belajar
adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh dengan usahanya dalam rangka
mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar”.
Dari ketiga pendapat di
atas, maka yang dimaksud prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat dalam rangka
mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar.
Dalam penelitian ini
yang dimaksud prestasi belajar adalah suatu angka yang dicapai oleh
masing-masing siswa dalam periode waktu tertentu sebagai hasil dari belajarnya,
yang merupakan perwujudan dari potensi dirinya.
b.
Pengertian Matematika
Menurut Djauzak Ahmad (1994: 13) “Matematika adalah
salah satu ilmu dasar dalam kehidupan sehari-hari yang berguna memahami
dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dewasa ini”.
Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust seperti
dikutip Mulyono Abdurrahman (1999: 252), “Matematika adalah bahasa simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengeskpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”.
Senada dengan pendapat
tersebut, Kline dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252) mengemukakan bahwa “Matematika
merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar
deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
Dari pendapat-pendapat
di atas, berarti bahwa Matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam kehidupan
sehari-hari, yang merupakan bahasa simbolis untuk memudahkan manusia berfikir
dengan menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif.
Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berguna untuk
memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memudahkan manusia
berfikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dirinya (internal)
maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai
siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka
membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya masing-masing (Moh Uzer Usman & Lilis Setiawati, 1993: 9).
Adapun faktor-faktor
yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Faktor yang
berasal dari diri sendiri (internal)
a) Faktor jasmani
(fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang
termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak
sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
b) Faktor
psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:
(1) Faktor intelektif yang meliputi faktor
potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu
prestasi yang dimiliki.
(2) Faktor non intelektif yaitu
unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minta kebutuhan,
motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
c) Faktor
kematangan fisik maupun psikis.
2) Faktor yang
berasal dari luar luar diri (eksternal)
a) Faktor sosial
yang terdiri atas:
(1) Lingkungan keluarga.
(2) Lingkungan sekolah.
(3) Lingkungan masyarakat.
(4) Lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya,
seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi, dan kesenian.
c) Faktor
lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
d) Faktor lingkungan
spiritual dan keagamaan.
Demikian,
beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar siswa.
d.
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran Matematika
di Sekolah Dasar dapat memilih materi yang mampu menumbuhkembangkan kemampuan
dan membentuk pribadi siswa, sehingga mampu mengikuti perkembangan IPTEK.
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar tidak dapat terlepas dari ciri
Matematika itu sendiri yaitu memiliki sifat abstrak dan berpola deduktif dan
konsisten.
Karenanya kegiatan
belajar dan mengajar Matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja
dengan ilmu yang lain, karena peserta didik yang belajar Matematika itupun
berbeda-beda kemampuannya, maka kegiatan belajar mengajar harus tetap
memperhatikan adanya perbedaaan individu dan karakteristik siswa. (Djauzak
Ahmad, 1994: 13)
Selanjutnya,
Djauzak Ahmad (1994: 17) menyatakan bahwa “Tujuan pembelajaran Matematika
secara umum adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan dalam kehidupan melalui latihan dan dasar pemikiran logis, rasional,
kritis, cermat dan efektif”. Di samping itu
siswa diharapkan mampu menggunakan Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam Kurikulum 2004 (2003: 6) juga disebutkan “Tujuan
pembelajaran Matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir secara
sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Serta mengembangkan sikap
gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan masalah”.
Sedangkan Moch Ichsan
(2003: 4) merumuskan tujuan pembelajaran Matematika, sebagai berikut:
1) Menumbuhkan dan
mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan ) sebagai alat dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Menumbuhkan
kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan Matematika.
3) Mengembangkan
pengetahuan dasar Matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut.
4) Membentuk sikap
logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Tujuan tersebut dianggap
telah tercapai apabila siswa telah memiliki sejumlah kemampuan di bidang
Matematika. Agar tujuan pembelajaran Matematika tersebut dapat dicapai secara
optimal, guru harus dapat menerapkan pendekatan pembelajaran Matematika secara
tepat.
Moch Ichsan (2003: 8-9)
mengemukakan empat macam pendekatan pembelajaran Matematika, yaitu:
1) Pendekatan belajar
aktif (Student Active Learning = SAL)
SAL adalah suatu pembelajaran yang
menekankan aktivitas para siswa secara fisik, intelektual, dan emosional guna
memperoleh hasil belajar yang maksimal, baik ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, maka guru harus dapat
menciptakan suasana yang menggairahkan kegiatan belajar, antara lain dengan
menyajikan bahan pelajaran mengesankan dan merangsang daya kreativitas,
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkesan.
2) Pendekatan
terpadu
Yaitu suatu pendekatan yang mengaitkan mata
pelajaran Matematika dengan mata pelajaran lainnya. Dengan mengetahui
keterkaitan konsep dari beberapa mata pelajaran, maka akan dapat memberi
pengertian kebermaknaan, sehingga siswa lebih mantap dalam memahami suatu
konsep.
3) Pendekatan
konstruktivis
Yaitu merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran di kelas melalui tiga fase, yaitu: fase eksplorasi, fase
pengenalan konsep dan aplikasi konsep untuk mencapai kebermaknaan pemahaman.
4) Pendekatan
realistik (Realistic Mathematics Education = RME)
Yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang
bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan “process
of doing mathematics”. Pada pendekatan ini peran guru tidak lebih dari
seorang fasilitator, moderator, atau evaluator, sementara siswa berfikir,
mengkomunikasikan “reasoning”nya, melatih nuansa demokrasi dengan
menghargai pendapat orang lain.
2. Pembelajaran
Tematik
a.
Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik
sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan. Hadi Mulyono
(2000: 13) memberikan pengertian pembelajaran tematik dapat dilihat sebagai:
1) Pembelajaran
yang beranjak dari satu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of
interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain yang
berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2) Suatu
pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan
perkembangan anak.
3) Suatu cara
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4) Merakit atau
menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda, dengan
harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Menurut Ujang Sukandi
(2003: 108) “Pembelajaran tematis dimaksudkan sebagai suatu pengelolaan
kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dengan membuat keterpaduan materi
mata pelajaran dalam satu tema”.
Sedangkan Moch Ichsan
(2003: 9) menyatakan bahwa “Pembelajaran Matematika model Webbed atau
pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan
beberapa mata pelajaran melalui suatu tema tertentu”.
b.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Berdasarkan hakikat
pembelajaran tematik, Tim Pengembang PGSD (2001: 58-59) mengemukakan beberapa
ciri atau karakteristik pembelajaran sebagai berikut:
1) Holistik
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi
pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa
bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari
segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih
arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di hadapan
mereka.
2) Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai
macam aspek seperti diterangkan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam
jalinan antar skemata yang dimiliki siswa.
3) Otentik
Pembelajaran tematik juga memungkinkan
siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. Ini
karena mereka dalam belajarnya melakukan kegiatan secara langsung. Mereka
memahami dari hasil belajar sendiri, hasil dan interaksinya dengan fakta dan
peristiwa, bukan sekedar hasil pemberitahuan guru.
4) Aktif
Pembelajaran tematik pada dasarnya
dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa
perlu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga proses evaluasinya. Pembelajaran tematik pada dasarnya
dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa.
Oleh karena itu,
pembelajaran tematik bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari
masing-masing bidang studi yang ada kaitannya. Meskipun hal itu bisa saja
dilakukan, hal ini bisa tidak sesuai dengan landasan filosofis, psikologis dan
praktis dari pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik bisa saja dikembangkan
dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum
yang bisa dipelajari melalui pengembangan tema tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Guru masih sering
melaksanakan kegiatan pembelajaran Matematika secara murni mata pelajaran dan
terpisah dari mata pelajaran lain. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Matematika hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
berhubungan dengan Matematika tanpa mengaitkannya dengan mata pelajaran lain.
Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa terjebak dalam rutinitas yang
membosankan sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik dan motivasi belajar
siswa pun rendah. Siswa juga belum terlibat secara aktif dalam menemukan konsep
yang dipelajari, karena pembelajaran lebih banyak terpusat pada guru. Selain
itu, pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah kurang
mengembangkan siswa untuk berfikir holistik karena siswa kurang mengetahui
keterkaitan konsep dari beberapa mata pelajaran, sehingga pengalaman yang
diperoleh sebagai hasil belajar menjadi kurang bermakna. Pada akhirnya
berimplikasi pada rendahnya prestasi belajar siswa.
B.
Perencanaan Tindakan
Dengan berpedoman pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu
Pengetahuan Sosial, penulis
melakukan langkah-langkah untuk merencanakan model pembelajaran tematik, antara
lain:
a.
Membuat/memilih tema.
b. Melakukan
analisis kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang sesuai dengan tema.
c. Membuat
pengelompokan jaringan indikator.
d. Menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan jaringan indikator yang
telah dibuat.
Kegiatan awal untuk setiap
pertemuan memuat doa bersama, absensi siswa dan appersepsi. Tahap appersepsi
berupa cerita atau menyanyi bersama yang bertujuan untuk memusatkan perhatian
siswa dan mengarahkan minat siswa pada tema yang akan dibicarakan.
Kegiatan inti adalah
kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Sedangkan kegiatan akhir
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri satu pertemuan,
meliputi kegiatan evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah.
C. Pelaksanaan Tindakan
Dalam
tahap ini guru menerapkan model pembelajaran tematik sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Tindakan yang dilaksanakan
meliputi kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran antara lain kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Kegiatan pembelajaran
untuk setiap pertemuan diawali dengan kegiatan awal berupa doa bersama, absensi
siswa dan appersepsi. Dilanjutkan dengan kegiatan inti yang pada setiap
pertemuannya menyampaikan 1 indikator Matematika sebagai core (inti
pembelajaran).
Adapun contoh indikator Matematika dengan Kompetensi Dasar “Melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka”
yang
menjadi core (inti pembelajaran) pada setiap pertemuan adalah :
a. Menjumlah
dua bilangan tanpa teknik menyimpan, bilangan sampai 100, untuk pertemuan ke-1.
b. Menjumlah dua
bilangan dengan teknik menyimpan, bilangan sampai 100, untuk pertemuan ke-2 dan
ke-3.
c.
Mengurangi dua bilangan tanpa teknik meminjam, bilangan sampai 100, untuk
pertemuan ke-4.
d. Mengurangi dua
bilangan dengan teknik meminjam, bilangan sampai 100, untuk pertemuan ke-5 dan
ke-6.
Indikator-indikator
Matematika tersebut dikaitkan dengan indikator mata pelajaran lain yang sesuai
dengan tema, yang tertulis dalam RPP.
Pembelajaran pada setiap
pertemuan selalu diakhiri dengan evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa
tugas portofolio. Dan pada akhir pertemuan dilaksanakan ulangan harian untuk
mengetahui prestasi belajar Matematika.
D. Refleksi
Pembelajaran
dengan meninggalkan pembelajaran konvensional akan dapat menumbuhkembangkan
minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Siswa dapat lebih menerima
pengajaran yang dilakukan oleh guru karena sifatnya yang bervariasi dan
konkret. Selain itu guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar akan
lebih mudah tercapai karena motivasi siswa tinggi keaktifan siswa meningkat.
Hal ini sesuai tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang maksimal.
Selengkapnya download versi ms word disini
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penulisan karya imiah dengan
pembelajaran tematik dalam pembelajaran Matematika pada kelas I dapat
disampaikan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Model
pembelajaran tematik dalam pembelajaran Matematika dilakukan dengan mengaitkan
mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran lainnya melalui konsep-konsep
yang dapat dipadukan dalam naungan tema tertentu.
2. Dengan
pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas
I.
3. Dengan
menerapkan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan peran aktif
(pastisipasi) siswa dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil
penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian penutup penelitian ini, antara
lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya mengupayakan
pengadaan berbagai alat peraga Matematika khususnya untuk kelas rendah (kelas 1
dan 2), baik droping maupun swadaya sekolah, sehingga lebih menunjang
dalam penanaman konsep-konsep Matematika secara lebih nyata sekaligus
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memberdayakan model pembelajaran
tematik.
2. Bagi Guru
Hendaknya mempersiapkan
secara cermat perangkat pendukung pembelajaran tematik dan fasilitas belajar
yang diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses dan hasil belajar
Matematika siswa
DAFTAR PUSTAKA
Anton
Sukarno. 1994. Efektifitas Sistem Pengajaran Pelayanan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Surakarta.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Puskur
Balitbang.
Djauzak
Ahmad. 1994. Pedoman Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta:
Balai Pustaka.
Hadi
Mulyono. 2000. Pembelajaran Terpadu. Surakarta: Sebelas Maret University
Pers.
Hartono
& Edy Legowo. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Depdiknas.
Moch.
Ichsan. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika di Sekolah Dasar.
Semarang: BPG.
Moh.
Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyadi
HP. 2006. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan dalam Penelitian Tindakan
Kelas. Semarang: LPMP Jawa Tengah.
Mulyono
Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sutratinah
Tirtonegoro. 1988. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tim
Pengembang PGSD. 2001. Pembelajaran Terpadu. Bandung: Maulana.
Ujang
Sukandi, et.al. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa dan Bagaimana?.
Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Winkel
W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Selengkapnya download versi ms word disini